Senin, 18 Agustus 2014

Kampanye anti HIV/AIDS dan Seks bebas

Kampanye anti HIV/AIDS dan Seks bebas
Tri Indra Purnama

Kampanye anti HIV/AIDS dengan cara bagi-bagi kondom mendapat respon keras dari sejumlah kalangan, terutama kelompok agamis. Cara yang dipilih ini dianggap menyesatkan. Karena secara tidak langsung mengajak masyarakat untuk berpotensi melakukan seks di luar nikah.

Bagi-bagi kondom juga dilakukan di lingkungan kampus. Sebagian mahasiswa yang tidak pernah melihat bentuk kondom secara langsung, seolah-olah mendapat mainan baru. Kondom dibagikan secara gratis. Hal tersebut dikhawatirkan berdampak buruk dengan meningkatnya potensi free sex di kalangan mahasiswa.
Free sex memang bukan wacana baru bagi mahasiswa. Berbagai berita mengenai kegiatan free sex yang dilakukan kalangan mahasiswa pun bukan lagi rahasia umum.
Namun, apakah kampanye anti HIV/AIDS dengan melakukan bagi-bagi kondom dikatakan efektif? Hal tersebut masih dipertanyakan. Apakah bagi-bagi kondom memiliki korelasi positif terhadap meningkatnya gaya hidup seks bebas?
Kampanye anti HIV/AIDS ditujukan untuk mengurangi penyebaran penyakit yang mematikan. Tingkat penderita penyakit tersebut setiap tahunnya selalu meningkat. Disinyalir meningkatnya tingkat penderita HIV/AIDS dikarenakan perilaku seks yang tidak sehat.
Perilaku gonta-ganti pasangan dengan mudah dan dilanjutkan dengan aksi kumpul kebo menjadi faktor penyebaran penyakit tersebut terus meningkat. Kegiatan seks bebas mereka tidak dibarengi dengan pemakaian alat kontrasepsi yang dapat mencegah penularan HIV/AIDS.
Atas dasar itu, pemerintah, khususnya Kemenkes, berupaya memerangi dengan mengurangi tingkat penyebaran HIV/AIDS. Caranya adalah dengan memperkenalkan pentingnya kondom secara massif.
Sayangnya, cara ini dianggap berdampak kepada penjerumusan untuk berperilaku seks bebas. Bagi kalangan agamis, hal itu dianggap tidak tepat. Dikarenakan membawa moral yang tidak baik dengan berpotensi melakukan seks bebas.
Wilayah yang privat menjadi wilayah publik bagi mereka. Pola pikir yang tidak terbuka, cenderung eksklusif membawa pendidikan seks sebagai hal tabu. Bagaimana bisa memerangi penyebaran HIV/AIDS jika masih banyak orang yang beranggapan seperti itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar